JAKARTA TIMUR, 10 Oktober 2025 – Kegembiraan program Makanan Bergizi Gratis (MBG) berubah menjadi duka bagi sejumlah siswa SMA 44 Jakarta Timur. Salah satu korban, Pingkan Aulia Suryawiradinata, kini terbaring lemah di Rumah Sakit Persahabatan akibat keracunan susu yang dibagikan pada tanggal 8 Oktober 2025. Kejadian ini tak hanya menyoroti kualitas program MBG, tetapi juga menimbulkan kekecewaan mendalam dari orang tua murid terhadap pelayanan rumah sakit dan Badan Gizi Nasional.
Pingkan Aulia Suryawiradinata, siswi SMA 44 Jakarta Timur, mengalami gejala keracunan parah setelah mengonsumsi susu yang merupakan bagian dari paket MBG. Ia segera dilarikan ke Rumah Sakit Persahabatan, namun apa yang seharusnya menjadi penanganan cepat justru berujung pada penelantaran.
Menurut penuturan Ishak R. Suryawiradinata, ayah Pingkan, putrinya tiba di Unit Gawat Darurat (UGD) Rumah Sakit Persahabatan dan ditelantarkan tanpa perawatan selama tujuh jam yang krusial. "Kami tiba di UGD dengan harapan anak kami segera ditangani, tapi kami malah dibiarkan menunggu. Baru setelah pukul 15.00 WIB ada perhatian di IGD, dan pukul 19.00 WIB baru anak kami bisa pindah ke ruang inap," keluh Ishak, menyoroti lambatnya respons medis terhadap kondisi putrinya yang sudah kritis. Pingkan sendiri sudah dua hari dirawat di Rumah Sakit Persahabatan.
Insiden keracunan ini disebut sebut bukan kali pertama bagi siswa SMA 44. Informasi dari beberapa siswa menyebutkan bahwa paket makanan MBG yang dibagikan "sering basi". Kendati demikian, sebagian siswa terpaksa mengonsumsinya karena tidak membawa bekal dari rumah, menjadikan program yang seharusnya menyehatkan ini justru berbalik membahayakan.
Kekecewaan orang tua murid tidak berhenti pada pihak rumah sakit. Ishak R. Suryawiradinata secara terang terangan meluapkan amarahnya kepada Badan Gizi Nasional yang dianggap abai terhadap nasib para korban. "Di mana letak tanggung jawabnya?" tanyanya retoris. Ia menambahkan, "Memang betul cuma anak saya saja yang baru kena keracunan susu ini, tapi fakta dari rumah sakit kan ada. Ini menandakan ada masalah serius dalam pengawasan kualitas makanan yang dibagikan." Desakan untuk investigasi menyeluruh dan pertanggungjawaban pun menguat.
Kasus keracunan di SMA 44 Jakarta Timur ini menjadi alarm penting bagi pemerintah, khususnya Badan Gizi Nasional, untuk mengevaluasi kembali program MBG yang dijalankan. Selain itu, pelayanan darurat di fasilitas kesehatan juga perlu dievaluasi agar kejadian penelantaran pasien, terutama anak anak, tidak terulang. Harapan terbesar keluarga korban adalah agar kasus ini diusut tuntas dan kejadian serupa tidak menimpa siswa lainnya.
Red.